Kerutan Punya Cerita

/
0 Comments
Beberapa hari lalu saya mengantar kakak ke rumah sakit. Antriannya full dan kebanyakan adalah orang tua, saya yakin sebagian besar dari mereka adalah orang-orang yang bekerja di perusahaan BUMN semasa mereka muda. Rumah sakit ini salah satu fasilitas bagi mereka berobat gratis dan ditunjang sampai mereka meninggal. Waktu berlalu, badan tegap mereka meringkih.

Saya lihat beberapa orang kakek di usianya yang kira-kira 60-70an sudah tak kuat berdiri. Sebagian masih bisa berdiri, ada yang memakai tongkat untuk menopang berat mereka, dan ada yang duduk di atas kursi roda. Saya seperti itu pasti suatu saat diujung usia, hmmm...

Kakak saya mendapatkan tempat duduk untuk mengantri pendaftaran yang sekiranya masih panjang. Saya pun dapat duduk di ruangan yang penuh itu. Padahal hari kerja  dan masih pagi, oh iya, pensiunan sudah tak bekerja lagi, ya? Hehehe... Melihat begitu banyak orang tua, kakek atau nenek berdiri, saya memutuskan untuk angkat pantat saya dan berjalan-jalan keliling.

Saya menuju lorong yang disamping-sampingnya ada banyak ruang pemeriksaan. Teringat dulu waktu kecil hobi saya keluar masuk ruangan itu sampai sudah kebal jarum suntik, hahaha! Saya pelanggan tetap di rumah sakit ini dulu!

Ah, ada tempat duduk menganggur... Dan lumayan banyak, yaudah saya duduk disitu sambil membaca buku. Bosan saya dengan buku yang saya pegang. Saya mulai mengamati sekeliling saya. Seorang bapak tua duduk di samping saya, di sebelahnya ada dua ibu-ibu berkerudung. Saya lemparr pandangan saya ke arah lain. Eh, ada 2 laki-laki yang lumayan cakep sedang mengurusi ibu atau... oke, skip! Terus saya lempar pandangan lagi saya takjub....

Seorang kakek dengan badan yang agak membungkuk, kulit mulai mengeluarkan bercak hitam, dan berat bada yang sedikit ringkih mendorong kursi roda yang diduduki isterinya. Ah... Tuhan berkati mereka, kataku dalam hati. Nenek tersenyum memandang ke depan dan kakek pun begitu. Berat badannya terbantu dengan topangan kursi roda yang ia dorong. Di tangan kanannya beliau memegang tongkat kayu cokelat tua yang mengkilap sembari mendorong kursi.
Baru kutahu, dia tak bisa berjalan tanpa topangan ketika beberapa saat aku melihatnya kembali. Beliau berjalan dengan tongkat. Aku dalam diam menatapinya, kasihan... tapi dia begitu tangguh dan sayang sekali dengan isterinya. Begitu indah melihat pemandangan itu.

Terberkatilah mereka.... :)



Pernahkah kamu perhatikan detail wajah orang tua? Bertambah usianya kerutan pun di wajah mereka bertambah...
Bintik hitam mulai merekah di kulit mereka, di tangan, di wajah, di kaki, juga sekujur tubuh mereka.
Kulit mereka tak sekencang dulu.
Ketika mereka berjalan pun tak setegap dulu.

Tiap kerutan punya cerita, mereka berkisah semasa muda.
Setiap bintik hitam menjawab pilu kala mereka dulu disakiti.
Bertambahnya kerutan, mereka punya banyak cerita.
Jalan mereka yang tak setegap karena tenaga mereka sudah dipakai sewaktu muda.

Lihatlah binar mata mereka. Memang warnanya tak secerah dulu, keduanya mulai mengabu.
Tapi ada satu hal yang tak bisa kedua mata itu sembunyikan, seakan mereka ingin menceritakan kisah tiap kerutan.
Mengangkat kisah mereka kembali, seakan kerutan berangsur memulih lewat mata hati.
Mendengar cerita, membuat mereka kembali muda, dan jiwa pun seakan ditarik masuk ke dalam dunia mereka. Membuat kita seusia mereka pada detik itu.

Respect elderly people...
Satu saat kita  akan jadi mereka...
:)


You may also like

Tidak ada komentar:

Bohong ketika orang bilang tidak suka menulis dan membaca...

karena semua orang penulis dan semua orang pembaca...

Monggo Mampir

Diberdayakan oleh Blogger.

Tulisan(s)