Manner, Belajar Manner!

/
2 Comments
Manner di kehidupan sekarang emang susah banget diterapin. Buat saya yang hidup di antara orang tua yang dari kecil menanamkan kedisiplinan sangat tinggi termasuk sulit, Harusnya manner yang saya terapkan lebih gampang, tapi kenyataannya lebih suli. Dua orang tua yang berbeda budaya. Satunya ayu kemayu tegas tapi masih bisa dibujuk rayu yang satunya tegas-disiplin-taat-aturan-nggak bisa diganggu gugat. Dua personalitas yang berbeda dan membentuk 2 kakak dan saya.


Personalitas 2 kakak dan saya pun berbeda. Kakak saya yang pertama punya manner yang bagus menurut saya. Selalu ngingetin buat ngomong terimakasih kalo udah dibantu atau ngomong maaf or sori. Kakak saya yang kedua, emang cenderung diam dan kadang annoying abis kalo ngegangguin. Sifatnya lebih ke bapak saya yang notabene tegas dan gak bisa diganggu gugat. Kada omongannya memikat dan menyelekit. Untuk urusan manner dia memang punya manner dan masih terbilang bertatakramalah.

Saya sendiri. Hahaha, nggak tahu kayaknya manner saya ilang bertambahnya usia, Tapi untuk bilang makasih dan maaf saya masih sering bilang. Kalo bilang dengan panggilan sopan "kak", "mas", "mbak", "ci", "ko", "bang", "mpok", mpek mpek (loh?!), sejujurnya itu udah luntur. Saya manggil kakak saya yang laki-laki langsung nama dan kalo sodara saya tahu mungkin udah digorok lehernya. Dulu saya panggil kakak perempuan saya juga dengan nama tapi ibu saya negur dan saya akhirnya membiasakan diri untuk manggil dia "kakak".

Keluarga Mama dan Papa aja beda banget dengan tata krama pemanggilan nama. Karena keluarga mama orang Jawa otomatis manggil sepupu dengan sebutan "mbak", "mas". "dek". Mama juga begitu dengan kakak dan adiknya. Sedangkan keluarga papa sendiri orang Manado aselik yang nggak manggil ba bi bu be bo untuk sebutan kakak ataupun adik. Sepupu atau adiknya langsung dipanggil nama. Saya sama sepupu-sepupu saya sama sekali nggak memanggil "Mas". Tapi mereka manggil kakak saya yang cewek "kak". Dan papa sama sekali nggak mempermasalahkan hal semacam itu.

Untuk ke temen-temen saya yang lebih tua dari saya hingga tua 10 - belasan tahun saya akan panggil mereka nama. Bukan karena apa, karena menurut saya memanggil nama menyetarakan omongan dan derajat kita dari segala hal. Nggak harus sungkan sekali kalau bicara, nggak harus banyak diam (walo saya emang pendiem), dan nggak harus sok-sok sopan atau perhatian. Saya merasa dengan manggil nama langsung ada respek tersendiri dan nggak ada jarak. Itu khusus untuk temen-temen saya. Kalo saya manggil nama langsung ke keluarga saya siap-siap leher jadi kurban hahaha...

Kok tumben ya saya bisa nulis hal semacam ini?
Kalo pacar kakak saya nggak dateng ke rumah hari Minggu lalu saya nggak bakalan nulis beginian. Karena tatakramanya kelihatan banget. Dia manggil kakak saya dengan sebutan "kak" dan mungkin manggil kakak saya (pacarnya) dengan sebutan "mas" mungkin? Manggil saya dengan sebutan "dek".
Saya yang emang kebiasaan duduk di lantai (mental pembantu hahaha) langsung glesor aja nemplok di kaki Mama saya yang sedang ngobrol ama pacar kakak saya. Tuturannya sopan.

Begitu ditawarin makanan nolak-nolak (nb: untuk ukuran orang jawir ini salah satu hal yang dianggap sopan dengan bilang "iya" tapi makanan nggak disentuh. Istilahnya nggih-nggih boten kepanggih). Untuk minum aja dia juga malu-malu kucing dan... saya mikir saya mau manggil dia dengan sebutan apa saya juga masih bingung. Biasanya saya sebut nama untuk itu mungkin saya akan sebut "kak" tapi nggak ah... mungkin "mbak". Karena doi orang Solo. Mulai dari situ saya mulai mikir gimana entar saya kalo punya pacar terus dibawa ke rumah dan sikap saya masih begitu... kurang memperhatikan manner! Matilah! Kadang ke rumah temen pake sandal jepit sampe ditegor nyokapnya hahaha.. Parah bangetlah! Makanan ambil seenake dewe dan... waktu pacarnya ke rumah yang ambil makanan pertama kali adalah saya! Dan baru sadar itu nggak sopan ketika saya sudah melakukan hal itu. Goblok ya?! Hahaha...

Belajar tatakrama sangat pentinglah istilahnya... Karena kita hidup di adat orang timur yang mana mengutamakan tataktama dalam berkehidupan nggak ada salahnya. Kan kita mau dihormati orang lain, kita harus ngehormati orang lain juga :)


You may also like

2 komentar:

  1. Ya, kalau istilah lamanya budi pekerti.
    Tulisannya asyik. Renyah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya baru lihat komen ini! Haha, makasih Mas!
      Masih diusahakan jadi org yg budi pekerti :p

      Hapus

Bohong ketika orang bilang tidak suka menulis dan membaca...

karena semua orang penulis dan semua orang pembaca...

Monggo Mampir

Diberdayakan oleh Blogger.

Tulisan(s)