karena batangan itu hanya sugesti

Pulang!

Saya pulang...
Saat hati memang tidak baik, pikiran blingsatan, yang ada hanyalah masalah dan hujatan dalam pikiran saya. Tak seorang pun ketika saya pulang boleh tahu apa yang saya rasakan. Saya biasa diam. Tidak bersuara, hanya sekadar melamun sendiri dalam keremangan kamar berusaha membuat suasana hati seakan membaik. Padahal tidak sama sekali.


Saya pulang...
Membuka pintu seperti biasa. Tak harus senyum dan tak harus menyapa "aku pulang". Saya rasa dengan bunyi pintu dan memajang muka kepada orang-orang mereka sudah tahu, saya sudah tiba.

Saya pulang...
Kaki saya melangkah masuk ke pintu dapur, pintu depan. Melihat sosoknya berdiri sambil tersenyum. Ada angin apa dia tersenyum, desir hati ini. Saya sekadar menaikkan alis mata dan menarik setengah senti bibir saya ke kiri dan kanan.

Saya pulang...
Sosok itu menyapa, "Halo!"
Saya diam, melongo. Menatapnya dan tersenyum kepadanya. Angin apa yang masuk ke dalam rumah, curiga saya.
"Halo, apa kabar?" saya bercanda. Ia tertawa, menepuk bahu. Saya tersenyum. Hujatan berkurang dan saya ingin tersenyum terus, hingga saya di kamar sendiri meremang kembali seperti apa yang saya tulis sebelumnya.

Saya pulang lagi...
Saya lelah. Tidak enak badan. Badan ini mau rontok, kantuk yang tak berbalas budi karena kepala yang sudah menempel di atas bantal lebih dari waktu nikmat tidur pada normalnya.

Saya pulang lagi...
Saya lapar, saya makan. Sosok itu duduk di belakang saya. Saya tersenyum. Dia pun tersenyum

Saya pulang lagi...
Baru makan satu suap, saya merasakan ada tangan yang mengelus punggung saya. Saya tanya, kenapa. Sosok itu menjawab, nggak apa-apa hanya ingin mengelus saja. Saya candai, pasti gantian karena waktu itu saya elus-elus. Sosok itu mengiyakan. Saya tantang lagi, nanti pijiti yaaa, waktu itu kan saya pijiti kakinya. Sosok itu tertawa dan mengiyakan lagi. Saya tertawa, saya bercanda...

Saya pulang... sudah pulang daritadi, sosok itu tidur dengan lelap...