Ya, Saya Memang....

/
1 Comments
Saya sukar sekali mengatakan hal yang sesungguhnya, itu kelemahan saya. Saya terkadang diam untuk mengatakan hal untuk menurut saya salah. Saya takut mengatakannya, saya lebih memilih diam atau menjawab dengan jawaban ambigu atau mengambang. Kalau terpakasa pun bibir saya suka tidak tahan melempar 'pisau' ke orangnya. Saya lupa mengontrol emosi saya.

Saya memang begini. Dan inilah saya.

Saya memang bukan orang yang menarik dan mungkin Anda semua menganggap saya ini orang yang membosankan. Saya seperti orang tua, mungkin Anda mengira-ngira. Unfashionable, suka dengan hal yang berbau sosial, kata-kata bijak, musik, buku, dan saya paling suka diam dalam hening.

Saya diam, bukan berarti saya adalah orang yang pendiam. Saya diam karena banyak masalah, saya diam karena saya tidak bisa bersosialisasi, saya diam karena saya ingin mengatakan sesuatu, saya diam karena saya sedang berpikir, dan saya diam karena saya tak bisa mengatakan hal yang sebenarnya saya rasakan. Saya pemendam.

Dan sekarang saya diam. Saya lelah ketika semuanya mulai berjalan secara perlahan ke titik 0. Saya merasa tak seorang pun melirik dan menanyakan saya, bagaimana "roda" kita sekarang? Bagaimana selanjutanya "roda" ini akan berjalan? Kemanakah arahnya? Mengapa hal-hal ini selalu saya pikirkan pertama ketimbang mereka yang berpikir. Kendali bukan di tangan saya. Saya hanya menerima perintah. Namun bila saya tak menanyakan, si pengayuh yang menunjuk arah pun tak memberikan kabar kemana arah sepeda sederhana ini berjalan.

Si bingung pun selalu berjalan dan menaburkan benihnya di kepala saya. Ketika saya mencucinya, si cemas pun ikut-ikutan menyirami benihnya. Namun berhasil saya cuci lagi dengan bantuan semangat. Terkadang semangat pun butuh istirahat, jadi saya harus bekerja sendirian.

Dulu saya merasa tidak sendiri, namun sekarang di kondisi dan situasi yang berbeda karena waktu mengubah semuanya. Mengapa begitu cepat rasanya? Ingin kutarik semua orang itu dan kumenangis di depan mereka, tapi kupikir tak ada guna memelintir belas kasihan dan lelah di hadapan mereka. Paling-paling hanya ada tatapan yang mengasihani dan kata-kata bijak yang seolah hanya bisa terbawa angin dan hilang lagi tak kembali. Akhir-akhir, aku berdiri sendiri sambil menatap roda yang tak bergerak. Aku tahu' aku tak sendiri. Tapi aku merasa sendiri dan ingin sekali menggerakkan roda itu. Tapi apa daya? Waktu memakan segalanya dan tak bisa dihentikan.

Saya masih berharap dan ingin memanggil kalian, namun suara pun tak keluar. Berlari sambil berteriak memanggil, kalian mau menoleh tapi tak menoleh dan tak peduli.

Semuanya tenggelam dalam permasalahan masing-masing tanpa peduli roda ini. Masalahku kutinggalkan sejenak sambil berusaha menggerakkan roda. Tetapi serasa sia-sia. Terkadang semangat suka menggenggamku dan berusaha membangkitkanku, tapi lagi-lagi ia harus pergi untuk menyemangati yang lengah. Kini aku hanya tahu Tuhanlah satu-satunya si tak pernah lelah. Aku tahu Dia punya rencana, tapi aku sama sekali tak tahu mau dibawa roda ini pergi. Aku hanya bisa membakar diriku melalui apinya dan berusaha untuk menarik mereka.


Saya... Ya, saya memang begini...
Saya tak akan berhenti memikirkan cara roda ini bergerak...


You may also like

1 komentar:

  1. anda suka berdiam? saya pikir hanya saya yang suka berdiam... hahaha

    BalasHapus

Bohong ketika orang bilang tidak suka menulis dan membaca...

karena semua orang penulis dan semua orang pembaca...

Monggo Mampir

Diberdayakan oleh Blogger.

Tulisan(s)