"Have a Merry Little Christmas"

/
0 Comments
Sajian Natal buat tamu
yang nggak jadi dateng.
Cepet sembuh anaknya :)

Kumandang lagu Natal atau dalam Bahasa Inggris disebut juga Christmas Carol... Nggak penting juga sih menjelaskan ini, tapi kumandang lagu Natal kurang begitu terdengar di telinga saya. Tidak sesering tahun 90'an sewaktu saya masih kecil. Nggak tahu juga apa saya yang jarang dengerin radio atau nonton TV jadi kesan Natal kurang begitu terasa ataukah era ini semakin melunturkan esensi Natal itu sendiri.


Lagu Natal cuma bisa saya benar-benar nikmati di J.Co terminal 3, di laptop, dan di ponsel (info penting: waktu lagi mandi terutama!). Kalo di mall gimana? Kan pohon Natal heboh menjulang ke atas lagu-lagu Natal juga berkumandang, Sinterklas palsu yang nggak segembul di visual anak? Halah.... Udah nggak ada esensi untuk menawarkan sebuah kemegahan dan sok-sok jual tinggi-tinggian pohon Natal. Di rumah aja nggak pasang pohon Natal lagi karena nggak muat ruangnya. Yang ada pohon Natal kecil berdebu yang tingginya 30 cm dan umurnya udah 14 tahun.

Jangankan gitu... Saya mencari titik Natal kecil di gereja. Hanya injil dan kotbah romo saja yang bisa membuat jiwa saya terbangun. Saya nggak ngerti apa sih arti Natal buat orang-orang yang mampir ke rumah Tuhan. Yang saya lihat semua orang mau terlihat cuantik dan gaul. Jadi nggak bisa dibedain mereka mau pake baju buat ajeb-ajeb, ke mall, atau ke kondangan disamping hiasan Natal yang begitu megah. Ketika Romo Agi mengingatkan kembali bahwa seorang Yesus saja lahir di kandang kambing istilah kasarnya. Nggak ngelahirin di rumah megah dan ditemuin para petua-petua penting, terlebih dikunjungi 3 raja dari Timur padahal keluarga Yesus nggak mengundang mereka, tetapi Tuhan yang mengundang. Hidup sederhana dan besarnya hanya menebar kasih dan mengajarkan mengenai kasih.

Mungkin terbilang cukup muak dengan gaya berdandan ala-ala petitil (nggak ada di kamus) kayak artis. Itu memang hak mereka sih mau dandan kayak apa. Tapi gereja menurut saya bukan tempat untuk  mengumbar pesona. Hmmm... Urusan kalian juga sih tujuan kalian ke gereja apa hehehe... Itu merusak esensi Natal saya.

Berbeda ketika saya pergi ke Gereja di daerah Yogyakarta dan di dekat kaki Gunung Merapi. Ketika semua umat menenteng buku puji-pujian bersama keluarga atau kerabat mereka, mematikan ponsel mereka, dan cara berpakaian mereka yang begitu sederhana dan rapi alias nggak buka aurat. Walaupun melihat suasana mereka yang begitu ramah dan sederhana, walau bukan di hari spesial ataupun Natal, bagi saya itu Natal kecil buat saya.

Kartu Natal dari alm. Oma :)
Belum dicorat-coret dan nggak bakal dicorat-coret
Pernah ditanya apa sih makna Natal tersendiri buat saya? Jujur saya bingung mau jawab apa. Nggak ada esensi khusus sama sekali menurut saya. Hanya berharap bahwa segala hal yang kurang baik bisa menjadi lebih baik ke depannya. Itu saja. Mungkin gegara menulis begini saya bisa jadi nambahin esensi Natal itu sesungguhnya apa. Kesederhanaan dan kehangatan. Susah sekali ditemui. Karena keluarga jarang kumpul jadi rasanya biasa-biasa saja. Mungkin perubahan diri bisa jadi esensi Natal yang spesial pula, ditambah seseorang yang hadir ikut menambah rasa itu (#uhuk). Kalo ngomong begini, rasanya emang the best moment and the merriest Christmas ya waktu Oma dan Opa masih ada... Keluarga Papa kumpul disana, makan masakan Oma, jalan-jalan bareng kemana aja, yaaa.... seputar itu aja udah seneng banget kalo diinget-inget lagi.

Beberapa Kartu Natal dari jaman SMP
Kalo dulu masih sekolah masih ada aja tuker-tukeran kartu Natal. Lucu banget malah, wishes Natal dan ulang tahun kayak nggak ada bedanya dan saya masih simpen itu semua hehehe... Setiap kartu Natal yang dateng pasti dipajang di bawah pohon Natal. Duh jadi kangen... Sayangnya karena teknologi yang tinggal sentuh sana-sini bisa mempermudah komunikasi dan nggak perlu tuker-tukeran kartu Natal lagi. Elah, sedih amat ya jaman... Ngeluh melulu daritadi...


Bukan sekadar material saya bisa memaknai apa itu Natal. Nggak ada material pun saya juga bisa memaknai sendiri Natal saya lewat orang lain atau hal-hal kecil seperti kesederhanaan dan kehangatan.
Post ini, saya cuma mau bertitah aja soalnya udah enek ngeliat orang-orang pamer paha dan ketek di gereja, terus pake sendal jepit, baju tidur, sama mainan hape. Natal kalian dimana sih?



Feliz Navidad buat semuanya!

Nb: I have a Merry Little Christmas also with you... :) Your the merriest for this year...


You may also like

Tidak ada komentar:

Bohong ketika orang bilang tidak suka menulis dan membaca...

karena semua orang penulis dan semua orang pembaca...

Monggo Mampir

Diberdayakan oleh Blogger.

Tulisan(s)