2014, Bacot Ranah Sosial

/
0 Comments
Diambil dari:
http://katakatabimacahya.files.wordpress.com/2013/10/pancasila-3.jpg


Selamat tahun 2014 oh yaaa maaf ya judulnya agak kasar....
Bacot ranah sosial, begitu kedengarannya... Memang hidup udah kasar, mau berfilosofi macam apa juga susah mengubah kehidupan. Mau berbicara dan menulis juga percuma untuk bukan orang siapa-siapa yang selevel mahasiswa. Mau ngurusin negara juga bisanya cuma koar-koar doang dan ngerusak fasilitas umum. Daripada bacotin negara yang udah nggak jelas si komando pilotnya siapa yang mau juntrungnya kemana, kita ngomongin aja masalah SARA yang notabene sebagai medium edan untuk ngata-ngatain orang.


Coba kita lihat dari segi masyarakat sendiri (masyarakat Indonesa kalo kata Tukul, eh, maksudnya Indonesia). Kalo ngomongin masyarakat Indonesia, selama orang-orang punya KTP Indonesia sepantasnya kita saling hargain. Nggak usah ngomongin lo orang mana, agama lo apa, lo Cina bukan, lo tiko?
Nb: saya masih nemuin banyak banget orang yang punya katepe dan tentunya berbahasa Ibu tapi nanyanya pertanyaan model orang bodoh.

Nggak usah dilihat dari segi pertanyaan "lo dari ras mana", terkadang orang yang seagama juga juntrungnya nanya dengan hal yang sama. Lo orang mana, lo Cina bukan, lo asli orang Indonesia, lo kerjanya apa emang (pertanyaan dengan derajat merendahkan maksudnya)? Masih saja  banyak ditemui lho pertanyaan-pertanyaan begitu atau omongan-omongan di belakang yang begitu menyakitkan hati. Saya cuma masih bisa diam kalo denger orang ngomong seperti itu.

Orang yang seiman pun masih ada aja yang bertanya seperti itu yang seharusnya mereka saling menguatkan. Agak nggak habis pikir juga. Kenapa orang-orang begitu ingin menguak latar belakang mereka kalo mereka punya jalan ke depan yang lebih baik?

Nggak bermaksud menggurui sih, tapi memang cuma terkesan agak kasar kalo saya mengutarakan opini saya yang begini adanya. Tapi kalo Anda nganggep ini nggak kasar, nggak apa-apa juga sih.

Bicara kayak begini pun nggak bakal ada habisnya ngebahas soal PKI yang sebenernya udah lewat banget dan nggak perlu diungkit-ungkit ke masa sekarang. Biarkan sejarah untuk dikenang, bukannya jadi garis putus-putus untuk saling menjajah antar masyarakat. Kasihan banget toh? Lebih kasihan lagi kalo politisi itu menjelekkan SARA sesama orang ber-KTP Indonesia. Kayaknya di zaman mereka belum ada pelajaran PPKN atau semacam pengamalan Burung yang Diagungkan Itu, Burung Garuda yang punya 5 lambang. Atau mereka lupa? Saya kira mereka kena penyakit alzeimer hmm...

Saya memang bukan warga Indonesia yang baik. Hanya celetukan-celetukan dan ocehan nggak penting seputar SARA bikin kuping saya gatel dan mulut saya pengen nyosor. Saya belum berani bicara memang. Saya cuma bisa nulis aja dan semoga ada keberanian untuk mengutarakan hal semacam itu.

Kayaknya melupakan Pancasila dan Bhinekka Tunggal Ika bikin saya malu melihat orang-orang menuduh dan mengucilkan orang yang sama-sama berkatepe Indonesia, bukan indonesa. Namun, nggak semuanya orang melupakan sila-sila itu loh!

Hal ini bikin saya teringat akan bencana yang dulu sering melanda Jakarta. Banjir 5 tahunan. Mau orang Jakarta, orang Ambon, Manado, Cina, pelosok mana, bule (mungkin ada?), lihat di televisi pun saya melihat semua orang gotong royong mengungsi. Saling membantu untuk naik ke atas perahu karet oranye.

Nggak cuma itu aja, melihat si empunya toko-toko yang berbeda agama di kawasan Palmerah pun bikin saya senang. Ibu-ibu yang tokonya dihinggapi kayu salib pada dinding temboknya berbincang seru dengan si empunya toko di sebelahnya yang berkerudung. Banyak sekali kok hal-hal di sekitar kita, di lubuk dasar hati masyarakat  rasanya masih merindukan kesatuan dan persatuan yang beranekaragam.

Lihat gubernur dan wakilnya di Jakarta. Lihatlah komen-komen di portal berita ketika Ahok dijelek-jelekkan sebagai kaum minoritas, banyak yang masih mendukung Ahok dari berbagai macam kalangan lewat komentar internet user. Masih kok rakyat kecil kita yang tak begitu disoroti bahwa mereka masih mengamalkan Pancasila. Mereka lebih merdeka dibandingkan orang yang masih membicarakan latar belakang orang lain secara SARA.

Buat apa sih ngurusin aparat yang lupa dengan sila-sila sendiri, mendingan kita ingetin diri kita tentang lima Pancasila dan mengartikan kembali arti sebuah toleransi. Bangga nggak sih punya ras dan agama yang bermacam-macam? Budayanya yang nggak kalah cakep juga :)


You may also like

Tidak ada komentar:

Bohong ketika orang bilang tidak suka menulis dan membaca...

karena semua orang penulis dan semua orang pembaca...

Monggo Mampir

Diberdayakan oleh Blogger.

Tulisan(s)