Muncikari...

/
0 Comments

Muncikari bukan seorang yang terlihat.
Anak-anaknya juga tidak terlihat seperti jalang.
Anak-anaknya bukan pesolek, mereka malah terlihat biasa dan cerdas.
Anak-anak muncikari tidak yang menonjol.
Mereka lebih bisa dibego-begoin dan diputarpikirannya.
Terlihat polos pada pikirannya, tetapi bukan pada perbuatannya.
Muncikari memperdaya! Iya dia memperdaya!


Siapa yang mau anak-anaknya?
Tak harus dibayar, mereka mau melayani dengan hati dan diperdaya.
Katakan saja kalimat manja, mereka akan mengiyakan.
Perlahan beku mereka cair.
Anak-anak muncikari mencintai bangsat.
Bangsat yang mencari hati, katanya, mencari hati.
Bibir manja, bibir manis.
Mereka mencari birahi.

Muncikari bersembunyi, ditanya anak-anak, siapa ibu mereka.
Ibu yang membawanya sampai ke tepi tebing.
Ibu mereka tak terlihat.
Muncikari tertawa.
Anak menangis, muncikari terbahak.
Bangsat puas, muncikari melengos bangga.
Kerjanya berhasil.

Anak meronta, anak meraung, anak berlari.
Membawa pisau dan tali, satu asa mereka, membunuh muncikari.
Mencari ibu mereka yang biadap, muncikari.
Tak didapatinya dimanapun, di pelosok, di tepi tebing terakhir anak-anak bertemu bangsat.
Anak berlari ke rumahnya.
Berhadapan dengan cermin.
Rupa mereka kasihan.
Tak harusnya rupa mereka menjadi bangsat yang tak harus dikasihani.
Mereka menjadi bangsat.
Gara-gara muncikari dan si bangsat mengambil birahi!
BANGSAT!
Anak muncikari. Mereka bangsat.
Berdiam menatap mata dicermin, menemukan sosok yang mereka temui.
Muncikari, setan. Rupanya setan! Dia bersembunyi dibalik mata anak-anak.
Anak muncikari gila.
Ia benci melihatnya, berbicara dengannya apalagi.
Karena rupa mereka bangsat!!!



You may also like

Tidak ada komentar:

Bohong ketika orang bilang tidak suka menulis dan membaca...

karena semua orang penulis dan semua orang pembaca...

Monggo Mampir

Diberdayakan oleh Blogger.

Tulisan(s)