Peramal Lanang

/
0 Comments
Peramal lanang. Hidupnya tak tenang.
Ia bisa meramal, katanya, bisa meramal.
Menebak dan mengetahui.
Mengetahui dan meyakinkan.
Ia bisa meramal.

Anak kecil meminta peruntungan nasibnya.
Mau jadi apa dia nanti jika sudah besar?
Peramal lanang tertawa,
tutup matamu, katanya.
Anak kecil menutup matanya.
Peramal lanang membisiki telinganya,
apa yang kamu lihat, tanyanya.
Anak kecil menggeleng kepala, menjawab tak bisa melihatapa-apa.
Peramal tertawa lagi.
Bertanya warna apa yang terlihat?
Anak kecil menjawab hanyalah gelap yang dilihat dan kepekatan hitam.
Peramal terkikik, sekarang tawanya mirip nenek lampir.
Seperti itu masa depanmu, bisiknya lagi.
Anak kecil membuka matanya, ingin sadar dari pernyataan.
Pernyataan yang ingin disumpahinya cuma bualan sial.
Anak kecil menatap peramal lanang tak percaya.
Menangis tak mampu, mengutuk tak bisa.
Katanya ia peramal handal.
Kehabisan kata-kata.
Anak kecil diam. Diam. Diam.
Ingin berteriak DIAM pada peramal lanang.
KEJI!
Siapa dia? Tuhan?
Siapa punya bukti?
Mengapa orang begitu mempercayainya setengah mati?
Ia berlari, terantuk batu.
Berlari dari kenyataan.
Sakit rasanya...
Tapi semua belum terbukti.
Hanya rasa sakit menerima pernyataan.
Bualan yang dianggapnya semoga sungguhan.
Mulai merutuk dan mengutuk.
Entarh kepada siapa yang menjustifikasi.
Masa depannya gelap, kata peramal lanang.
Peramal lanang, bukan Tuhan yang membilang.
Peramal lanang sialan.


You may also like

Tidak ada komentar:

Bohong ketika orang bilang tidak suka menulis dan membaca...

karena semua orang penulis dan semua orang pembaca...

Monggo Mampir

Diberdayakan oleh Blogger.

Tulisan(s)