Untuk Matahari yang Terbit

/
2 Comments


Saya lupa kapan terkahir kalinya saya benar-benar merasa dihargai orang.
Saya juga lupa berapa kali saya harus mengerutkan kening ketika saya hanya bisa diam dan tidak bisa mengutarakan apa yang saya inginkan.
Saya lupa berapa kali saya dikecewakan orang-orang dan nggak memandang saya.
Saya lupa mengapa saya harus menangis untuk sesuatu hal yang harusnya nggak perlu ditangiskan.
Kadang saya nggak bisa berkutik dan melawan ketika orang melontarkan semua kata-kata untuk saya dan biasanya saya cuma nerima apa yang mereka katakan dan menyimpan di otak dangkal saya.
Sulit rasanya hanya untuk mengatakan, cuma diam dan arah gerak mata yang bisa mengkoordinasikan segala yang saya ingin utarakan.
Terkadang saya masih terlalu rendah untuk dipandang, saya masih bukan siapa-siapa....

Semuanya terjawab di bulan Oktober....
Terima kasih kepada arah timur, karena matahari terbit di arahnya begitu baik dan indah...
Bibir hanya mampu mengucap terima kasih dan maaf, tidak lebih.
Sisanya tak bisa terungkap begitu saja...


Dan setiap kali bicara atau menulis nggak tahu kenapa ketularan puitis... hahahaha


nb: memang menulis harus butuh konsentrasi... sudah lama nggak nulis soalnya!


You may also like

2 komentar:

Bohong ketika orang bilang tidak suka menulis dan membaca...

karena semua orang penulis dan semua orang pembaca...

Monggo Mampir

Diberdayakan oleh Blogger.

Tulisan(s)