Katamu Indonesia sedang maju?

/
1 Comments
Katamu Indonesia sedang maju, sedang berkembang, dan sedang mengalami modernisasi.
Sekaligus rangkuman kata kemajuan, berarti ada penindasan.
Penginjakkan dan perataan. Iya, perataan tanah.
Perataan yang selama ini jadi kekhawatiran masyarakat yang dipandang sebelah mata.
Di ambang pilu, di ambang batas, dan di ambang kecewa.

Saya tadinya tutup kuping. Tutup mata. Tak ingin memikirkan.
Politik menjelimet. Kaya dan kapitalis yang rumit. Saya tak peduli.
Tapi rintihan itu kadang menyentak, menggertak hati.

Saya bukan orang yang bepengertian hukum.
Hanya ingin membantu sebisa saya dan seporsi saya.
Jika diizinkan membantu lebih, saya perkarakan situasi yang ada.

Kala itu kami di Rumpin. Tanah sejuta tanya. Sengketanya tak pernah selesai dari zaman penjajahan.
Saya tertarik. Tapi saya tak begitu mengerti.

Berawal dari pertanyaan teman saya kepada Bu Neneng... Bagaimana cerita tanah Rumpin ini disengketakan? Banyak aparat kapitalis dan penguasa  yang menjajah tanah leluhur.
Penduduk yang sederhana dengan matapencaharian sebagai petani.
Hidup mereka sederhana kian disiksa. Mau jadi apa?
Biar nanti saya ceritakan di modul lain.

Biar mata ini terbuka dan hati ini peka. Banyak orang yang memikirkan besok nasib kita bagaimana, hidup kita seperti apa, kita mau diapakan, pekerjaan kita akankah sirna...
Bukan orang yang memikirkan, besok saya akan makan di sini, beli barang ini, cari diskon itu, atau serba ini serba itu.

Coba deh, sisihkan waktu untuk melihat video ini. Sisi lain seperti Rumpin...
Ini dia Kendeng Utara, tanah Rembang. Apik dan subur. Matapencaharian penduduk sebagai petani dan peternak. Tanahnya mau digusur. Tanahnya mau disingkirkan. Untuk apa? Untuk dijadikan lahan pabrik Semen.

Kasih suaramu untuk memberikan perlawanan di porsimu. Sebarkan #RembangMelawan di akun sosial media. Biarkan banyak mata terbuka.




You may also like

1 komentar:

Bohong ketika orang bilang tidak suka menulis dan membaca...

karena semua orang penulis dan semua orang pembaca...

Monggo Mampir

Diberdayakan oleh Blogger.

Tulisan(s)