Sayang Anak, Pukulah Anak(?!)

/
4 Comments
Late post banget kalo saya nulis ini. Sebenarnya kejadian ini udah sekitar 2 tahun yang lalu tepatnya di bulan Oktober. Lagi-lagi Oktober. Nggak ada hubungannya sama sekali dengan hari ulang tahun saya, eits!

Saya nggak tahu bagaimana cara orang tua sekarang memperlakukan anak. Karena tinggal di kota yang dasarnya mengikuti arus tren gadget atau mode ini-itu, whateverlah ya... Tapi nggak hanya tren "memperlakukan" anak dengan sodoran gadget aja yang menjadi sorotan saya. Pikiran saya seolah melayang kembali kepada orang tua yang suka marahin anaknya.

Seperti apa sih yang harusnya orang tua lakukan ketika anaknya melakukan hal yang menurut mereka itu "salah"? Dengan memarahinya kah?
2 tahun lalu, saya dan keluarga saya pergi ke kelurahan untuk membuat KTP baru (e-ktp sih katanya, tapi nggak ngerti chip itu fungsinya untuk apa sampe sekarang nggak ada fungsinya). Pas mobil diparkir saya melihat 2 orang anak kecil menangis sambil berlari diikuti sang Ayah dengan wajah gaharnya. Entah umurnya sekitar 20 akhir atau 30-an. 2 anak kecil itu laki-laki dan perempuan dengan usia sekitar 3-5 tahun. Ayah mereka memaksa mereka masuk ke dalam mobil APV abu-abu itu dan tiba-tiba di dalam mobil si Ayah memukuli mereka seenak jidat, bak dia memukul bantal atau tembok, saat itu pintu mobil dalam keadaan terbuka. Plak! Si anak, dua-duanya menangis histeris sambil menjerit. Ih, bulu kuduk saya berdiri! Mau nangis rasanya. Saya cuma bisa menganga dan memanggil Bapak saya untuk melihat itu. Bapak saya hanya mengklakson mobilnya dan tetap saja si Ayah kedua anak itu tidak mendengar dan tetap memukuli anaknya, nggak ngerti rasanya dia butuh rehabilitas tangan orang-orang kasar. Mungkin perlu dipasung pula tangannya?

Bapak saya membuka jendela dan berteriak, "Pak! Anaknya jangan dipukul-pukul dong, Pak!"
Si Ayah itu menghentikan aksinya dan menutup pintu mobil (entah dia menguncinya atau tidak), anak-anaknya masih dalam keadaan menangis ditinggali Ayah mereka. Ia menatap galak ke arah mobil, tepatnya ke Bapak saya.

"Ini urusan gue! Bukan urusan elo!" teriaknya nggak sopan, karena Bapak saya lebih tua. Sumpah, kalo bisa saya masukkin celeng ke mulutnya dan ngambil 2 anak itu kabur dari situ. Laki-laki itu berjalan dengan marah masuk ke dalam kantor kelurahan.

"Yang kayak gitu perlu difoto, Dek. Habis itu masukkin ke koran," celutuk Bapak saya dari dalam mobil sambil melihat gerak laki-laki tak berperasaan itu.

Amit-amit yaaa.... Kalau saya punya anak, bukaannya mau sok tahu, tapi saya nggak mau marahin anak saya dengan cara berlebihan. Apalagi main fisik. Kalo suami saya yang main fisik ke anak saya, mungkin saya bakal melakukan ini 2x lebih keras dari yang dia lakukan kepada anak.

Pemikiran saya simpel banget. Anak merekam lebih banyak perkataan, perlakuan, dan tindakan. Otomatis semua itu masuk ke dalam psikis mereka yang tertanam sampai dewasa. Pada masa dewasa, mereka bisa memiliki trauma sendiri. Jadi jangan salahkan jika orang-orang punya trauma di masa lalu. Nggak semuanya salah mereka.

Dan untuk cara mendidik anak, sebuah ketegasan dan amarah itu dua hal yang berbeda. Ketegasan bagaimana kita ingin anak mengerti dan merubah apa yang seharusnya dirubah. Sedangkan amarah, emosi luapan sendiri tanpa memikirkan dampak bagi anak itu sendiri...

Kalo nulis beginian jadi kangen sama anak-anak murid saya yang kadang juga saya tegasin... secara tegas dan... kadang ngomel juga sih kalo bandelnya kelewatan... :)




You may also like

4 komentar:

  1. boleh jadi orang tua yang menyiksa anaknya itu tak pernah belajar dari trauma masa kecilnya pula.

    kasihan, memang!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa jadi. Kalo begitu kenyataannya si orang tua itu gak sepenuhnya salah.. imho hehehe
      Trauma yg uda ketanam kdg susah ilang sih...

      Hapus
  2. Benar, apa lagi trauma irama... bisa bikin goyang ;P

    BalasHapus
  3. itu Rhoma Irama! Hahaha, iya iyalah....

    BalasHapus

Bohong ketika orang bilang tidak suka menulis dan membaca...

karena semua orang penulis dan semua orang pembaca...

Monggo Mampir

Diberdayakan oleh Blogger.

Tulisan(s)